Jumat, 18 Maret 2011

Indahnya Berkomunikasi


Manusia sebagai makhluk sosial, makhluk yang saling membutuhkan tentu tidak bisa lepas dari kegiatan yang kita kenal dengan sebutan berkomunikasi. Komunikasi erat kaitannya dengan pengirim pesan, penerima pesan dan pesan. Pesan akan disampaikan oleh pengirim pesan kepada penerima pesan dengan jalan berkomunikasi, baik melalui simbol, perintah, gerakan tangan, ajakan, dan ungkapan ide yang kemudian akan mendapat feedback dari penerima pesan. Berkomunikasi sendiri ada 2 jenis komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan kata-kata, tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi. Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata dan komunikasi non verbal memberikan arti pada komunikasi verbal.

Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi yang baik akan membuat hubungan pengirim pesan dan penerima pesan menjadi baik. Kebalikannya, komunikasi yang tidak lancar akan membuat kita miscommunication. Tidak jarang banyak orang mengalami miscommunication yang disebabkan proses komunikasi yang tidak lancar.Kesalahpahaman sering timbul karenanya, confirmation sangat dibutuhkan untuk menjelaskan dan meluruskan komunikasi yang salah. Pilihan untuk diam adalah jalan keluar yang tidak tepat dan cenderung merugikan kedua belah pihak. Masalah akan menjadi lebih besar, atau seseorang menjadi berburuk sangka karenanya.

Agama pun mengajarkan kepada kita untuk berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu kita sangat dianjurkan untuk menjalin bersilaturahim. Tentunya dalam pergaulan kita sehari-hari baik di rumah, sekolah, kampus, dan kantor semuanya membutuhkan komunikasi.

Komunikasi Islam adalah proses penyampaian pesan-pesan keislaman dengan menggunakan prinsip-prinsip komunikasi dalam Islam. Dengan pengertian demikian, maka komunikasi Islam menekankan pada unsur pesan (message), yakni risalah atau nilai-nilai Islam, dan cara (how), dalam hal ini tentang gaya bicara dan penggunaan bahasa (retorika).

Pesan-pesan keislaman yang disampaikan dalam komunikasi Islam meliputi seluruh ajaran Islam, meliputi akidah (iman), syariah (Islam), dan akhlak (ihsan).

Soal cara (kaifiyah), dalam Al-Quran dan Al-Hadits ditemukan berbagai panduan agar komunikasi berjalan dengan baik dan efektif. Kita dapat mengistilahkannya sebagai kaidah, prinsip, atau etika berkomunikasi dalam perspektif Islam.

Kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam ini merupakan panduan bagi kaum Muslim dalam melakukan komunikasi, baik dalam komunikasi intrapersonal, interpersonal dalam pergaulan sehari hari, berdakwah secara lisan dan tulisan, maupun dalam aktivitas lain.

Dalam berbagai literatur tentang komunikasi Islam kita dapat menemukan setidaknya enam jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan) yang dikategorikan sebagai kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam, yakni (1) Qaulan Sadida, (2) Qaulan Baligha, (3) Qulan Ma’rufa, (4) Qaulan Karima, (5) Qaulan Layinan, dan (6) Qaulan Maysura.

1. QAULAN SADIDA

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Qaulan Sadida - perkataan yang benar (QS. 4:9)

Qaulan Sadidan berarti pembicaran, ucapan, atau perkataan yang benar, baik dari segi substansi (materi, isi, pesan) maupun redaksi (tata bahasa).

Dari segi substansi, komunikasi Islam harus menginformasikan atau menyampaikan kebenaran, faktual, hal yang benar saja, jujur, tidak berbohong, juga tidak merekayasa atau memanipulasi fakta.

“Dan jauhilah perkataan-perkataan dusta” (QS. Al-Hajj:30).

“Hendaklah kamu berpegang pada kebenaran (shidqi) karena sesungguhnya kebenaran itu memimpin kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga” (HR. Muttafaq ‘Alaih).

“Katakanlah kebenaran walaupun pahit rasanya” (HR Ibnu Hibban).

Dari segi redaksi, komunikasi Islam harus menggunakan kata-kata yang baik dan benar, baku, sesuai kadiah bahasa yang berlaku.

“Dan berkatalah kamu kepada semua manusia dengan cara yang baik” (QS. Al-Baqarah:83).

“Sesungguhnya segala persoalan itu berjalan menurut ketentuan” (H.R. Ibnu Asakir dari Abdullah bin Basri).

Dalam bahasa Indonesia, maka komunikasi hendaknya menaati kaidah tata bahasa dan mengguakan kata-kata baku yang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

2. QAULAN BALIGHA

“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha - perkataan yang berbekas pada jiwa mereka. (QS An-Nissa :63).

Kata baligh berarti tepat, lugas, fasih, dan jelas maknanya. Qaulan Baligha artinya menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah (straight to the point), dan tidak berbelit-belit atau bertele-tele.

Agar komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang disampaikan hendaklah disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan dan menggunakan bahasa yang dimengerti oleh mereka.

“Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar akal (intelektualitas) mereka” (H.R. Muslim).

”Tidak kami utus seorang rasul kecuali ia harus menjelaskan dengann bahasa kaumnya” (QS.Ibrahim:4)

Gaya bicara dan pilihan kata dalam berkomunikasi dengan orang awam tentu harus dibedakan dengan saat berkomunikasi dengan kalangan cendekiawan. Berbicara di depan anak TK tentu harus tidak sama dengan saat berbicara di depan mahasiswa. Dalam konteks akademis, kita dituntut menggunakan bahasa akademis. Saat berkomunikasi di media massa, gunakanlah bahasa jurnalistik sebagai bahasa komunikasi massa (language of mass communication).

3. QAULAN MA’RUFA

Kata Qaulan Ma`rufan disebutkan Allah dalam QS An-Nissa :5 dan 8, QS. Al-Baqarah:235 dan 263, serta Al-Ahzab: 32.

Qaulan Ma’rufa artinya perkataan yang baik, ungkapan yang pantas, santun, menggunakan sindiran (tidak kasar), dan tidak menyakitkan atau menyinggung perasaan. Qaulan Ma’rufa juga bermakna pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan (maslahat).

“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya[268], harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan Ma’rufa kata-kata yang baik. (QS An-Nissa :5)

“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, Maka berilah mereka dari harta itu (sekadarnya) dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan Ma’rufa- perkataan yang baik (QS An-Nissa :8).

“Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu Menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu Mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekadar mengucapkan (kepada mereka) Qaulan Ma’rufa - perkataan yang baik… (QS. Al-Baqarah:235).

“Qulan Ma’rufa - perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (QS. Al-Baqarah: 263).

“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah Qaulan Ma’rufa - perkataan yang baik.” (QS. Al-Ahzab: 32).

4. QAULAN KARIMA

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orangtuamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, seklai kali janganlah kamu mengatakan kepada kedanya perkatan ‘ah’ dan kamu janganlah membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan Karima - ucapan yang mulia (QS. Al-Isra: 23).

Qaulan Karima adalah perkataan yang mulia, dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan, enak didengar, lemah-lembut, dan bertatakrama. Dalam ayat tersebut perkataan yang mulia wajib dilakukan saat berbicara dengan kedua orangtua. Kita dilarang membentak mereka atau mengucapkan kata-kata yang sekiranya menyakiti hati mereka.

Qaulan Karima harus digunakan khususnya saat berkomunikasi dengan kedua orangtua atau orang yang harus kita hormati.

Dalam konteks jurnalistik dan penyiaran, Qaulan Karima bermakna mengunakan kata-kata yang santun, tidak kasar, tidak vulgar, dan menghindari “bad taste”, seperti jijik, muak, ngeri, dan sadis.

5. QAULAN LAYINA

“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan Qulan Layina - kata-kata yang lemah-lembut… (QS. Thaha: 44).

Qaulan Layina berarti pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar, dan penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang dimaksud layina ialah kata kata sindiran, bukan dengan kata kata terus terang atau lugas, apalagi kasar.

Ayat di atas adalah perintah Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun agar berbicara lemah-lembut, tidak kasar, kepada Fir’aun. Dengan Qaulan Layina, hati komunikan (orang yang diajak berkomunikasi) akan merasa tersentuh dan jiwanya tergerak untuk menerima pesan komunikasi kita.

Dengan demikian, dalam komunikasi Islam, semaksimal mungkin dihindari kata-kata kasar dan suara (intonasi) yang bernada keras dan tinggi.


Add caption

6. QAULAN MAYSURA

”Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka Qaulan Maysura - ucapan yang mudah (QS. Al-Isra: 28).


Qaulan Maysura bermakna ucapan yang mudah, yakni mudah dicerna, mudah dimengerti, dan dipahami oleh komunikan. Makna lainnya adalah kata-kata yang menyenangkan atau berisi hal-hal yang menggembirakan.

Selasa, 01 Maret 2011

Rasa Yang Hilang

Pagi ini... kurasakan tak sesejuk pagi sebelumnya. Walaupun embun tengah menetes di dahan yang ada di beranda kamar kosku. Ada sesuatu yang hilang, perasaan itu begitu terasa memilukan untukku. Perasaanku pun turut menjadi galau karenanya.

Sebenarnya aku menyadari apa penyebab perasaan ini timbul, sangat mengetahui. Hanya saja aku tak bisa memungkiri adanya rasa yang hilang dalam sisi hatiku. Jauh disisi lain dalam jiwaku, aku sangat bersyukur atas apa yang kualami. Sesungguhnya Alloh hendak menunjukkan kepadaku pelajaran berharga dalam hidup, untuk kebaikan hidupku dimasa yang akan datang.

Aku merindukan kedamaian itu bersemayam dalam jiwaku kembali...I really missing u

Salam Ta'aruf

salam ta'aruf semuanya...^_^
Assalamu'alaikum, alhamdulillah...akhirnya setelah memendam keinginan memiliki blog sekian lama akhirnya saat ini saya bisa memiliki blog sendiri. Sebelumya saya ingin memperkenalkan diri, nama saya Tri Ana Fauziah, saya akrab dipanggil "Ana". Saya berasal dari keluarga yang alhamdulillah memberikan bekal yang sebenarnya saya butuhkan. Yaitu pendidikan agama dan ilmu yang bermanfaat, Insya Alloh. Semoga Alloh senantiasa merahmati bapak, almarhumah ibu, ibu yang kini merawat saya dengan penuh kasih sayang, kedua kakak tercintaku, dan almarhumah nenek.

Saat ini usiaku hampir menginjak 23 tahun, kini aku berarada di perantauan. Tepatnya di "Kota Hujan", Bogor. Suka duka telah kulewati disini, banyak sekali hikmah dan pelajaran yang kuambil dari perjalanan perantauanku ini. Kelak, sebenarnya aku ingin kembali ke kampung halamanku. Aku ingin mengabdikan diri pada kampung yang dulu pernah membesarkanku.

Aku di lahirkan di sebuah rumah sakit di Purwokerto, dan sampai selesai mengenyam pendidikan SD aku dididik di pedalaman kota Cilacap, kurang lebih 60km dari kota Cilacap ke arah Jawa Barat. Cipari nama kampungku. Kecil memang dan tak semegah kota dimana sekarang aku tinggal, tapi di desa kecil itu aku menanam sejuta kenangan indah bersama orang-orang yang sangat aku kasihi. Banyak hal suka yang masih ku ingat hingga sekarang, yang selalu membawaku kembali ke kampung halamanku. 

Setelah menyelesaikan pendidikan tingkat dasar, aku harus hijrah ke kota pelajar, tepatnya setelah 3 tahun almarhumah ibu memenuhi panggilanNya. Banyak perubahan yang kualami bersamaan dengan hijrahku ke kota itu. Dulu yang aku begitu lincah dan ceria, kini entah hilang kemana keceriaan itu. Aku tinggal di sebuah permukiman perumahan di daerah pegunungan, kota kecil di Jogja. Aku belajar beradaptasi dengan kehidupan baruku itu. Kurasa sekali perbedaannya, dulu yang aku mudah sekali mencari teman sepermainan, kini tak lagi. Aku kini menjelma menjadi anak rumahan dan pemalu. Lingkungan baru merubah kebiasaanku. Maklum, perumahan tersebut masih sedikit penghuninya, dan rata-rata penghuninya adalah pasangan pengantin baru.

Aku tinggal di Jogja hingga usiaku 22 tahun, 2 bulan setelah itu aku hijrah ke Bogor. Aku dapat menyelesaikan kuliah S1 ku dalam waktu 3 tahun 8 bulan, alhamdulillah, tepat waktu. Dan dua bulan setelah wisuda aku mendapat panggilan kerja di "Kota Hujan". Langkah berani yang pernah ku ambil dalam hidupku. Sebelumnya aku belum pernah berpisah dengan orang tuaku selama itu, dan aku pun sebelumnya belum pernah menginjakkan kakiku di kota itu. Perantauan pertamaku aku lalui sendiri, aku pergi ke kota itu hanya dibekali keberanian dan alamat yang tertera pada sms seorang HRD di Perusahan dimana sekarang aku bekerja. Alhamdulillah, aku sampai disana dengan selamat. ^_^

Mungkin ini yang dapat aku sampaikan sebagai salam ta'aruf pertamaku. Semoga silaturahim ini bisa berlanjut dikemudian hari.

Wassalamu'alikumwrwb