Selasa, 28 Juni 2011

Dimanakah Keadilan-Mu, ya Alloh?

Saya memiliki seorang sahabat, sebut saja namanya Fatur. Kala saya mengenalnya di awal 2007, ia masih duduk di semester akhir di sebuah universitas Islam ternama di Jogjakarta. Ia kuliah dengan biaya sendiri. Bukan karena orang tuanya tidak mampu membiayainya, tapi ia ingin mandiri saja. Orang tuanya tergolong kaya, tetapi ia merasa lebih puas jika kuliah dengan biaya sendiri.

Pada saat yang sama, Fatur menghidupi empat anak asuh yatim piatu yang dibiayai untuk disekolahkan. "Anak-anak Tuhan" itu dimasukkan ke sebuah pesantren di Bantul, Jogjakarta. Mereka disekolahkan dari hasil jerih payahnya berjualan buku, terkadang dari hasil fee menulis artikel dan resensi di koran yang tidak seberapa jumlahnya.

Suatu hari, saat ia harus memberikan jata bulanan kepada anak-anak asuhnya, ia tidak memiliki cukup uang. Ia sangat bingung harus mencari kemana? Hingga akhirnya, ia mendapatkan sebuah pinjaman dari seorang teman dan harus dikembalikan secepatnya, karena, uang itu akan segera dipakai untuk membayar kredit motor yang sebentar lagi jatuh tempo.

Dan, singkatnya, besok adalah hari dimana ia harus mengembalikan uang tersebut. Hatinya tidak karuan. Sebab pada saat itu, ia tidak memiliki uang untk mengembalikan pinjamannya. Semua usaha telah ia kerahkan, tetapi hasilnya masih saja nihil.

Pada suatu malam, disaat pikirannya sedang kalut, ia berdoa kepada Allah untuk memohon suatu pertolongan:
" Ya Allah, sekiranya hamba-Mu mengasuh anak-anak yatim ini dan Engkau memberikan pahala, maka turunkanlah pahala itu...! Engkau tahu, sekarang hamba-Mu ini membutuhkan pertolongan-Mu, maka tunjukkan keadilan-Mu, tunjukkan kasih sayang-Mu ya Allah?"
Demikian kira-kira cuplikan doa yang saya dengar dari perkataannya.

Setelah berdoa, ia tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi seakan-akan ada sosok manusia yang tidak dikenalnya sedang mantransfer sejumlah uang ke rekeningnya. Ia mengecek di pagi harinya. Dan betul, saldonya bertambah. Subhanallah. "Uang darimanakan ini, ya Allah?"

Ia sering juga mengalami pengalaman-pengalaman aneh lain. Salah satunya yakni,
Suatu saat, ketika ia sedang berjualan buku, ada seseorang yang membeli semua bukunya dan tidak mau didiskon. Ini aneh. Adakah orang yang mau membeli semua buku tanpa mau didiskon? Adakah orang yang mau membeli semua buku - banyak buku yang jenisnya sama - dalam satu waktu?

Ia pernah juga megalami suatu kejadian anh. Saat ia sedang berualan buku, seseorang yang tidak dikena mendekatnya dan memberikan sejumlah uang kepadanya dan ia memaksa agar menerima uang itu.

Kejadin-kejadian seperti inimembuat dirinya semakin yakin akan kekuasaan, keadilan, dan kasih sayang Allah.

Saya lalu memberanikan diri untuk bertanya, "Mengapa kamu melakukan semua ini, padahal saya tahu, kau sendiri juga kekurangan?"

Ia menjawab, "Sahabatku, ketahuilah, Allah itu akan menolong kita jika kita menolong hamba-Nya. Kita akan dicintai-Nya, jika kita mencintai hamba-Nya. Dengan begitu, saya mantap, yakin, dan tidak pernah takut akan kekurangan harta, sebab, Allah selalu mengirimkan pertolongan-Nya kepada saya."

Fatur adalah contoh manusia yang telah tercerahkan spiritualnya. Ia meyakini secara kuat bahwa Tuhan dapat didekati kalai ia mendekat kepada hamba-Nya. Jangan pernah berharap kita mampu mendekati-Nya, kalau kita masih saja pelit, cuek, dan egois kepada makhluk-Nya.

Dan kini Fatur, sudah tidak mahasiswa lagi. IA sudah menjadi sarjana. Beberapa minggu yang lalu saya bertemu dengannya. Sekarang ia bekerja seagai direktur sebuah penerbitan di Jogjakarta yang mulai naik daun.

Salam ukhuwah...keep your spirit...Allahu Akbar.
(Kisah ini disadur dari, Dihajikan oleh Sebonggol Jagung, karya  Badiatul Roziqin)



1 komentar: